Membandingkan Jakarta dengan Bangkok (Bagian 2)

Di Bagian 1 sudah saya ceritakan tentang perbandingan Bandara, Transportasi umum dan tour lokal.  Berikut ini bagian yang kedua.

4. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah salah satu yang dibanggakan Thailand selain wisata belanja. Yang paling top adalah kompleks istana keluarga kerajaan Thailand. Dalam kompleks itu terdapat bagian istana yang terbuka untuk umum, The Royal Grand Palace dan The Royal Temple (Wat Phra Kaew). Kuil kerajaan Wat Phra Kaew, terkenal karena adanya patung Budha dari batu jade. Patung Budha setinggi 66 cm ini dipahat dari sebongkah batu emerald utuh tanpa sambungan.

Continue reading “Membandingkan Jakarta dengan Bangkok (Bagian 2)”

Advertisement

Sisi lain Budapest

Hungaria terkenal dengan wine-nya. Saking enaknya wine dari Hungaria, konon Inggris mengimpor wine dari Hungaria, khusus untuk konsumsi keluarga kerajaan. Meski demikian dari sisi kuantitas, jumlah produksi wine Hungaria masih kalah jauh dari negara Eropa lainnya seperti Perancis, Italia dan Spanyol. Inilah alasan kami mengambil Winery Tour di pinggiran Budapest. Tepatnya di daerah Etyek, sekitar 30km dari Budapest. Pengen tahu juga sisi lain dari Hungaria selain kota tua. Sekaligus mengantisipasi kebosanan anak-anak dengan kota tua. Continue reading “Sisi lain Budapest”

Munich (2) dan Kekunoannya

Dengan bus hop on hop off, rute kami diawali menuju ke kekunoan Munich. Perjalanan ke Nymphenburg Palace atau Istana Nymph memakan waktu 20an menit. Lokasinya memang agak di pinggir kota. Kebetulan kami dapat live guide tour yang sudah oma dan napasnya agak tersengal-sengal. Jadi kasian dengerin si Oma menceritakan tentang sejarah Munich. Saya justru lega setelah dia berhenti cerita, karena dada saya rasanya jadi ikutan sesak napas.

Saat bis memasuki halaman Istana Nymph, hampir seluruh penumpang bus berdecak kagum melihat cantiknya taman luas yang tertata rapi. Rumput hijau terhampar seperti karpet. Bunga cantik warna-warni memagari jalan kerikil. Ditengah-tengah taman ada kolam besar dengan beberapa ekor angsa yang berenang anggun.

Mun_NymphFront

Istana Nymph mulai dibangun tahun 1664, untuk menyambut kelahiran seorang anak yang sudah dinantikan selama 10 tahun oleh pasangan bangsawan Bavarian Elector, Ferdinand Maria dan istrinya Henriette Adelaide of Savoy. Semula Sang Bangsawan memanggil arsitek dari Italia, interior designer dan Lansekap taman dari Perancis, untuk membangun istana ini. Namun dengan bergantinya kepemilikan, sentuhan design Inggris, Spanyol dan perabotan dari China pun meramaikan keseluruhan design istana dan tamannya. Tercatat King Ludwig II of Bavarian lahir di istana ini. Beberapa interior design yang fenomenal pada jamannya, misalnya Great Hall dan Hall of Mirrors (Amalienburg), dapat dilihat dalam bentuk aslinya dan menjadi salah satu warisan budaya terindah Jerman.

Mun_Nymphgarden.jpeg
Halaman depan yang cantik
Mun_NymphBack
Halaman belakang istana Nymph yang luas

Melihat cantiknya istana ini dari luar dan romantisnya sejarah di baliknya, saya dan si Bungsu ingin sekali masuk ke dalam istana. Untuk masuk dikenakan biaya sebesar 11,5 Euro/orang. Gantian suami berpikir, melihat mahalnya tiket dan pendeknya waktu kami, maka kunjungan ke dalam istana ditiadakan. Jiwa ke-princess-an saya dan si bungsu langsung kecewa. Kami berdua harus puas hanya mengintip sebagian kecil interior ruangan dari pintu kaca balkon.

Dari ruangan yang kami intip nampak interior ruangan yang penuh ukiran bersepuh emas tampak megah memanggil-manggil. Memang para pria di keluarga kami kurang romantis. Jadilah saya dan si Bungsu bergegas meninggalkan dunia dongeng Schloss Nymphenburg menuju Kekinian Munich.

Menjadi tamu Kaisar Jepang

Liburan tahun baru 2014 di Tokyo, kami menjatuhkan pilihan ke hotel Citadines Shinjuku yang mendapat award Traveler’s Choice dari Tripadvisor. Kriteria hotel yang terpenting buat kami adalah lokasi yang dekat dengan public trasportation, tempat tidur yang bersih dan nyaman untuk istirahat cukup.  Hotel ini tepatnya disebut serviced apartment karena ada dapur mungilnya. Kamarnya khas kamar hotel Jepang yang umumnya kecil, tapi tidak terasa kesempitan buat kami bertiga. Si sulung tidur di sofabed yang tersedia. Bisa dibilang “sagala aya” untuk keperluan kami.

Saat meningjakkan kaki pertama di lobby hotel yang kecil, nampak sisa-sisa atraksi pembuatan moci, kue ketan tahun baru. Suatu bentuk keramahan yang dibuat pihak hotel untuk tamunya. Kami langsung merasakan nyaman dengan hotel ini. Lebih nyaman lagi saat berbicara dengan receptionisnya yang berbahasa inggris dengan pronounciation yang bagus. Nantinya mereka menjadi travel guide yang sangat membantu kami.

Setelah check in, seharian ini kami habiskan di daerah shinjuku. Melihat sisa-sisa lampu natal, obralan baju winter, dan makan siang di warung udon sempit yang tidak menyediakan kursi buat pelanggannya. Benar-benar aktivitas turis standar yang kesasar di tengah kota.

Keesokan harinya, tanggal 2 Januari 2014, kami memutuskan untuk berkunjung ke istana kaisar, Tokyo Imperial Palace, yang sedang open house untuk seluruh rakyat. Keputusan ini baru dibuat semalam saat browsing di wifi hotel yang sangat cepat. Jadi kami tidak terlalu ngebayang apa sebenarnya yang akan kami hadapi. Rasanya seru aja mengikuti ritual orang Jepang, apalagi ini bukan kegiatan rutin sehari-hari. Memang ada tour masuk halaman istana. Tapi halaman dalam istana hanya dibuka 2 kali dalam setahun. Yang pertama tentu saja tanggal 2 Januari untuk memberi pesan tahun baru, dan yang kedua saat Kaisar ulang tahun 23 Desember.

Kami berkendara dengan kereta. Jalannya banyak di bawah tanah jadi kami tidak mengetahui pemandangan di atas. Akibatnya, mulut kami melongo saat kami keluar dari underground kereta. Bujuug….banyak banget manusianya di luar istana. Line antriannya pun banyak lebih dari 10 lajur. Polisinya pun banyak. Dari speaker di atas mobil mereka memberi pengarahan kepada semua orang yang nampaknya diikuti dengan patuh oleh mereka. Sudah pasti dong, kami gak ngerti. Jadi kami ngikut aja dengan mereka dan masuk ke salah satu antrian.

Berdiri diam di luar ruang saat suhu hanya 3C sebenernya bukan ide yang bagus. Sendi-sendi mulai terasa ngilu karena kelamaan berdiri dan dinginnya udara. Tapi kami antusias mengikutinya. Ikut senang saat panitia membagikan bendera Jepang dari kertas minyak, dan kegirangan melambai-lambaikan benderanya. Terlihat beberapa turis bule juga ikut antri. Mereka juga cengengesan seperti kami karena dont really know what will happen next tapi tetap ikutan seneng seperti anak kecil.

Kedisiplinan orang Jepang dalam mengantri perlu diacungi jempol. Tidak ada desak-desakan. Semua mendengar perintah polisi. Secara bergantian setiap line maju. Semua digiring ke suatu lapangan yang luas yang terbagi lagi atas beberapa antrian untuk pemeriksaan tas. Nampaknya yang digeledah adalah senjata api. Kamera, dan barang elektronik lainnya boleh masuk. Setelah diperiksa kami masuk ke sekumpulan besar orang yang bergerak perlahan ke kompleks istana. Melewati jembatan purinya yang kuno, halaman luar yang dihiasi pohon Ginko Biloba, terasa sekali tradisonal Jepang. Pada tahap ini linu-linu di sendi sudah agak terlupakan, karena tertutup dengan rasa antusias dan asik foto-foto.

NewYearMssg

Sampailah kami di halaman dalam istana yang luas. Ada ribuan orang mulai dari bayi dalam stroller hingga oma opa berdiri menunggu tampilnya keluarga kerajaan. Terlihat di depan kami istana kaisar yang ternyata berdesign minimalis modern. Atapnya saja yang terlihat khas Jepang. Di tengah istana ada kotak kaca yang menjorok keluar dan tertutup tirai. Kami perkirakan Kaisar akan muncul di kotak kaca yang pastinya bullet proof.

Setelah menunggu semua orang masuk dengan tertib, terdengar suara MC yang membuat orang Jepang bersorak sorai melambaikan benderanya. Tak ketinggalan kami ikut bersorak sorai sambil celingukan, mana Kaisarnya kok udah pada surak-surak? Sepertinya tadi baru announcement MC, “marilah kita sambut Kaisar kita” …gitu sepertinya. Benar saja, perlahan tirai di kotak kaca terbuka. Nampaklah Kaisar Akihito dengan istri dan anak mantu muncul dengan baju resmi ala Barat. Agak kecewa karena berharap mereka pake baju kebesaran daerah. Kebayang kayak Sultan Jogja gitu kalau ada acara rakyat kan pake beskap lengkap tuh.JapanEmperor

Perlahan suasana langsung senyap saat kaisar mulai pidato. Agak magis rasanya, karena semua orang diam menyimak tanpa suara. Kami ikut manggut-manggut, sok ngerti, supaya gak berasa seperti alien di kumpulan rakyat Jepang. Cuma semenit pidatonya, tauk-tauk keluarga kerajaan itu udah dadah-dadah pamit diiringi sorak sorai rakyatnya sambil mengibarkan bendera. Udah neh gitu aja …..ok deh.

Setelah itu kami antri lagi menuju pintu keluar dengan tertib. Tidak ada sampah yang berserakan di halaman padahal tadi ada segitu banyak orang. Rupanya pidato kaisar ini ada beberapa term, karena saat kami keluar nampak ada sekumpulan orang yang antri masuk.

Tidak semua turis kita senang dengan kegiatan ngantri berkunjung ke istana kaisar. Meski kami merasakan serunya menjadi rakyat Jepang sesaat, tapi teman kami yang kami ceritakan, berpendapat lain. Daripada capek ngantri, mending belanja di Akihabara, katanya. Hhhmmm…terserah deh. Buat kami, selama 5 hari di Jepang peristiwa unik ini termasuk yang paling berkesan.