Liburan tahun baru 2014 di Tokyo, kami menjatuhkan pilihan ke hotel Citadines Shinjuku yang mendapat award Traveler’s Choice dari Tripadvisor. Kriteria hotel yang terpenting buat kami adalah lokasi yang dekat dengan public trasportation, tempat tidur yang bersih dan nyaman untuk istirahat cukup. Hotel ini tepatnya disebut serviced apartment karena ada dapur mungilnya. Kamarnya khas kamar hotel Jepang yang umumnya kecil, tapi tidak terasa kesempitan buat kami bertiga. Si sulung tidur di sofabed yang tersedia. Bisa dibilang “sagala aya” untuk keperluan kami.
Saat meningjakkan kaki pertama di lobby hotel yang kecil, nampak sisa-sisa atraksi pembuatan moci, kue ketan tahun baru. Suatu bentuk keramahan yang dibuat pihak hotel untuk tamunya. Kami langsung merasakan nyaman dengan hotel ini. Lebih nyaman lagi saat berbicara dengan receptionisnya yang berbahasa inggris dengan pronounciation yang bagus. Nantinya mereka menjadi travel guide yang sangat membantu kami.
Setelah check in, seharian ini kami habiskan di daerah shinjuku. Melihat sisa-sisa lampu natal, obralan baju winter, dan makan siang di warung udon sempit yang tidak menyediakan kursi buat pelanggannya. Benar-benar aktivitas turis standar yang kesasar di tengah kota.
Keesokan harinya, tanggal 2 Januari 2014, kami memutuskan untuk berkunjung ke istana kaisar, Tokyo Imperial Palace, yang sedang open house untuk seluruh rakyat. Keputusan ini baru dibuat semalam saat browsing di wifi hotel yang sangat cepat. Jadi kami tidak terlalu ngebayang apa sebenarnya yang akan kami hadapi. Rasanya seru aja mengikuti ritual orang Jepang, apalagi ini bukan kegiatan rutin sehari-hari. Memang ada tour masuk halaman istana. Tapi halaman dalam istana hanya dibuka 2 kali dalam setahun. Yang pertama tentu saja tanggal 2 Januari untuk memberi pesan tahun baru, dan yang kedua saat Kaisar ulang tahun 23 Desember.
Kami berkendara dengan kereta. Jalannya banyak di bawah tanah jadi kami tidak mengetahui pemandangan di atas. Akibatnya, mulut kami melongo saat kami keluar dari underground kereta. Bujuug….banyak banget manusianya di luar istana. Line antriannya pun banyak lebih dari 10 lajur. Polisinya pun banyak. Dari speaker di atas mobil mereka memberi pengarahan kepada semua orang yang nampaknya diikuti dengan patuh oleh mereka. Sudah pasti dong, kami gak ngerti. Jadi kami ngikut aja dengan mereka dan masuk ke salah satu antrian.
Berdiri diam di luar ruang saat suhu hanya 3C sebenernya bukan ide yang bagus. Sendi-sendi mulai terasa ngilu karena kelamaan berdiri dan dinginnya udara. Tapi kami antusias mengikutinya. Ikut senang saat panitia membagikan bendera Jepang dari kertas minyak, dan kegirangan melambai-lambaikan benderanya. Terlihat beberapa turis bule juga ikut antri. Mereka juga cengengesan seperti kami karena dont really know what will happen next tapi tetap ikutan seneng seperti anak kecil.
Kedisiplinan orang Jepang dalam mengantri perlu diacungi jempol. Tidak ada desak-desakan. Semua mendengar perintah polisi. Secara bergantian setiap line maju. Semua digiring ke suatu lapangan yang luas yang terbagi lagi atas beberapa antrian untuk pemeriksaan tas. Nampaknya yang digeledah adalah senjata api. Kamera, dan barang elektronik lainnya boleh masuk. Setelah diperiksa kami masuk ke sekumpulan besar orang yang bergerak perlahan ke kompleks istana. Melewati jembatan purinya yang kuno, halaman luar yang dihiasi pohon Ginko Biloba, terasa sekali tradisonal Jepang. Pada tahap ini linu-linu di sendi sudah agak terlupakan, karena tertutup dengan rasa antusias dan asik foto-foto.

Sampailah kami di halaman dalam istana yang luas. Ada ribuan orang mulai dari bayi dalam stroller hingga oma opa berdiri menunggu tampilnya keluarga kerajaan. Terlihat di depan kami istana kaisar yang ternyata berdesign minimalis modern. Atapnya saja yang terlihat khas Jepang. Di tengah istana ada kotak kaca yang menjorok keluar dan tertutup tirai. Kami perkirakan Kaisar akan muncul di kotak kaca yang pastinya bullet proof.
Setelah menunggu semua orang masuk dengan tertib, terdengar suara MC yang membuat orang Jepang bersorak sorai melambaikan benderanya. Tak ketinggalan kami ikut bersorak sorai sambil celingukan, mana Kaisarnya kok udah pada surak-surak? Sepertinya tadi baru announcement MC, “marilah kita sambut Kaisar kita” …gitu sepertinya. Benar saja, perlahan tirai di kotak kaca terbuka. Nampaklah Kaisar Akihito dengan istri dan anak mantu muncul dengan baju resmi ala Barat. Agak kecewa karena berharap mereka pake baju kebesaran daerah. Kebayang kayak Sultan Jogja gitu kalau ada acara rakyat kan pake beskap lengkap tuh.
Perlahan suasana langsung senyap saat kaisar mulai pidato. Agak magis rasanya, karena semua orang diam menyimak tanpa suara. Kami ikut manggut-manggut, sok ngerti, supaya gak berasa seperti alien di kumpulan rakyat Jepang. Cuma semenit pidatonya, tauk-tauk keluarga kerajaan itu udah dadah-dadah pamit diiringi sorak sorai rakyatnya sambil mengibarkan bendera. Udah neh gitu aja …..ok deh.
Setelah itu kami antri lagi menuju pintu keluar dengan tertib. Tidak ada sampah yang berserakan di halaman padahal tadi ada segitu banyak orang. Rupanya pidato kaisar ini ada beberapa term, karena saat kami keluar nampak ada sekumpulan orang yang antri masuk.
Tidak semua turis kita senang dengan kegiatan ngantri berkunjung ke istana kaisar. Meski kami merasakan serunya menjadi rakyat Jepang sesaat, tapi teman kami yang kami ceritakan, berpendapat lain. Daripada capek ngantri, mending belanja di Akihabara, katanya. Hhhmmm…terserah deh. Buat kami, selama 5 hari di Jepang peristiwa unik ini termasuk yang paling berkesan.