Hingar-bingar London di malam pergantian tahun tidak kami rasakan saat kami keliling kota keesokan harinya. Jalanan sepi. Tidak terdengar klakson mobil yang gak sabaran, karena jumlah mobil pribadi di jalan raya berkurang. Yang nampak sibuk adalah petugas kebersihan dan truk sampahnya mengangkut sampah yang berserakan di jalan sisa pesta semalam.
Kami bangun kesiangan karena habis begadang. Sebagian besar penghuni hotel juga bangun siang. Hingga sarapan di Jam 10 pagi penuh hingga sudut ruangan. Bus City Tour yang kami naiki agak sepi. Kebanyakan isinya turis asia. Bahkan kami bertemu 2 keluarga turis dari Indonesia.
Mumpung kota masih sepi, kami lebih leluasa berfoto di sekitar London Bridge. Bahkan wisata kapal melewati sungai Thames yang termasuk dalam paket City Tour, juga sepi antrian. Di atas dek terbuka, kami menikmati perlahan London dari sungai Thames yang seolah terbagi atas dua zona waktu. Di salah satu sisi menampakkan kejayaan London di masa lalu dengan Gedung Parlemen dan Big Ben, mengingatkan kita akan system monarchy Inggris. Sedangkan di sisi lain menunjukkan London yang modern, dihiasi bangunan pencakar langit yang minimalis tapi keren.
Turun dari kapal, kembali kami disambut dengan polisi yang mulai menutup jalan disana-sini. Ada apa lagi ini? Ternyata ada keria-an tahunan, London’s New Year’s Day Parade atau beken disingkat dengan LNYDP. Memang hobbynya keluarga kami adalah ikutan local event, maka kami langsung mencari best spot tempat nonton yang bagus.
Ngomong-ngomong mengenai keria-an, ada 2 petunjuk jalan di London yang diakhiri dengan kata Circus, yaitu Picadilly Circus dan Oxford Circus. Semula saya kira ini tempatnya keriaan semacam sirkus atau pasar malam gitu. Ternyata Circus berasa dari kata Circle atau bahasa betawinya “bunderan”. Kalau dilihat di peta sebenarnya bentuknya bukan tepat bunderan seperti Bunderan Hotel Indonesia di Jakarta, tapi lebih ke perempatan jalan yang padat/sibuk. Bahkan Oxford Circus aslinya adalah nama stasiun tube. Kebetulan saja diatasnya ada perempatan jalan Oxford dengan Jalan Regent.
Rute LNYDP dimulai dari Piccadilly, Piccadilly Circus, Lower Regent Street, Waterloo Place, Pall Mall, Cockspur Street, Trafalgar Square, Whitehall dan Parliament Street. Parade dimulai jam 1 siang dan selesai kira-kira 2 jam kemudian, tergantung berapa banyak jumlah peserta Parade. Di beberapa titik disediakan panggung tempat duduk untuk penonton VIP. Bisa jadi keluarga Kerajaan Inggris nonton juga. Entahlah di panggung yang sebelah mana. Peserta parade biasanya menunjukkan aksinya, entah itu drum band, atraksi sirkus, atau tarian, tepat di depan tribun VIP. Kalau di jalan yang dipenuhi penonton mereka hanya jalan saja sambil melambaikan tangan.
Sebagai keluarga kerajaan Jawa, saya harus berpuas diri berjejalan dengan penduduk dan turis London berdiri di pinggir jalan. Ikut rebutan mengambil bendera Inggris yang dibagikan petugas dan melambai balik ke peserta Parade.
Pegal mulai menjalari betis dan pinggang karena kelamaan berdiri. Anak-anak mulai cari tempat duduk di pagar tinggi. Semula polisi patroli melarang penonton duduk di pagar. Tapi akhirnya polisi menyerah membiarkan sambil geleng-geleng kepala, setelah seorang suster biara juga maksa duduk di pagar. Maka ikut duduklah saya disamping si suster, dibantu suami. Pagar ini lumayan tinggi sekirat 1.5 meter. Susah buat ibu-ibu gendut seperti saya untuk manjat sendiri.
Para peserta parade sangat beragam. Mulai dari komunitas sekolah, komunitas daerah hingga komunitas lansia. Komunitas sekolah umumnya mengisi atraksi drumband. Komunitas daerah tampil dengan truk sambil membawa aneka hasil pertanian. Bahkan ada sapi dan domba yang ikut berparade. Komunitas lansia parade mobil-mobil kuno dengan pakaian yang sesuai di jaman mobil itu berjaya. Komunitas lain ada yang berjalan dengan enggrang atau akrobat lainnya, ada yang membawa boneka balon besar atau kostum lucu-lucuan pakai baju superhero tapi badannya gendut-gendut. Budaya Amerika memang terasa kental di parade itu. Mulai dari pakaian superhero Marvel dan DC sampai tokoh-tokoh Disney.
Tidak terasa sudah lewat jam 2 siang, perut kami sudah keroncongan karena belum makan siang. Cuaca London yang dari pagi sudah mendung mulai diguyur rintik hujan. Bubar deh sebagian besar penonton, termasuk kami. Kehujanan di suhu 3o C, terasa seperti tusukan jarum di wajah.Bbbrrr….
Rintik hujan berubah menjadi hujan deras saat kami masuk ke kedai kopi Amerika yang banyak gerainya di Indonesia. Empat gelas hot chocolate dan 4 muffin lumayan mengganjal perut sambil kami menghangatkan badan. Kedai itu termasuk yang ukuran kecil dan langsung terlihat sesak saat dipenuhi 20an tamu. Jadi kami buru-buru keluar setelah makanan dan minuman habis dan hujan mulai rintik lagi. Kami berlari menuju stasiun tube terdekat dan memutuskan utk pulang dulu ke hotel.