New Year’s Eve in London

Di pagi kelabu yang berkabut dan dingin menjelang tahun baru 2017, kami memulai perjalanan pertama keliling London. Karena malas mempelajari rute bis dan subway London, saya memesan online beberapa hari sebelumnya ticket Big Bus untuk satu keluarga. Big Bus adalah salah satu bis city tour yang bisa hop on dan hop off di beberapa landmark kota, Misalnya Big Ben, Buckingham Palace, Piccadilly Circus, Harrods, dll.

Sok-sokan kami berempat memilih duduk di bagian atas bus double decker ini yang terbuka atapnya. Hanya satu turis bule yang ada di atas, sementara sebagian besar memilih duduk di bawah yang ada heaternya. Lumayan lama kami bertahan di atas. Bahkan saya sempat memotret London Bridge dan Big Ben yang berselimut kabut dengan jari yang kaku membeku. Tigapuluh menit kemudian kami semua turun termasuk si turis bule karena dingin sudah mengigit tulang.

Lon-Kabut

Saat itu 31 Desember 2016, kota London tampak tetap ramai dan sibuk di pagi hingga siang hari. Toko-toko dan pusat perbelanjaan pun tetap buka seperti biasa. Bedanya, toko yang biasa tutup pukul 22:00, sudah mulai ringkes-ringkes mau tutup jam 16:00. Nampak di sudut-sudut jalan polisi sibuk berjaga dan membuat barikade. Traffic cone, kawat berduri, dan mobil-mobil polisi menutup jalan mobil dan pejalan kaki. Area seputar Victoria Embankment, South Bank, Westminster Bridge dan Waterloo Bridge mulai dikosongkan. Kami sedikit kesulitan menuju ke stasiun tube terdekat, karena banyak jalan yang ditutup sehingga harus mencari jalan alternatif yang berputar.

Polisi London yang segabruk menjelang malam tahun baru, baik yang kulit putih maupun berwarna, tampangnya sangat lempeng tanpa senyum. Tapi mereka sangat informatif bila kita menanyakan jalan alternatif terdekat. Mengingat beberapa hari sebelumnya ada kasus teror truk yang ditabrakkan ke kerumunan massa di Berlin, maka suasana saat itu membuat saya kurang nyaman. London benar-benar sedang Siaga Satu.

Lon-FireworkArea
Source: http://www.express.co.uk

Polisi saat itu disiagakan untuk mengosongkan area pertunjukan kembang api seputar Big Ben dan London Eye. Pertunjukan kembang api yang spektakuler ini akan akan menyala di detik-detik pergantian tahun sambil diiringi dentang jam Big Ben yang khas itu sebanyak 12 kali. Sejak tahun 2014, mungkin karena alasan keamanan, pertunjukan kembang api di London konon dikenakan tiket seharga 1,8 juta Rupiah Pounsterling! Hanya untuk pertunjukan selama 11 menit ! Katanya sih “to ensure the event stay safe and fun for all”.

Ada area tak berbayar yang masih dekat sekitaran London Eye. Tapi area ini sudah penuh dengan lautan manusia sejak sejak jam 7 malam. Tak terbayangkan betapa dinginnya menunggu selama 5 jam hanya untuk kembang api doang. Wong 30 menit di atas bis saja rasanya sudah gemeletuk mengigil gak karuan. Terpaksalah kami mencari alternative lain tempat melihat kembang api yang tidak terlalu menyiksa menunggunya. Yang jelas sih bukan di TV sambil bergelung di bawah selimut, tapi cari yang live event dong.

Sesampainya di hotel kami istirahat dan makan malam yang dimasak sendiri, sambil browsing memanfaatkan wifi gratis hotel. Suami memutuskan kita akan lihat kembang api di Primrose Hill. Tempat ini dituju anak-anak muda London dan turis kere seperti kami untuk melihat kembang api sekitar Big Ben dari ketinggian bukit Primrose secara gratis.

Tepat jam 11 malam kami berangkat. Semua transportasi umum menjelang tahun baru beroperasi penuh dan gratis mulai pukul 23:45 hingga 4:30 pagi. Ada 4 alternatif subway/bus dari Euston (lokasi hotel kami) menuju ke Primrose Hill. Tapi semua rute diakhiri dengan berjalan sekitar 1 Km menuju bukit. Googlemap menjadi teman yang baik untuk mencari tahu kendaraan umum menuju suatu tempat. Cukup ketik “Euston to Primrose Hill” akan muncul rute menuju kesana dengan alternative trasportasi mobil pribadi, bis/kereta, jalan kaki atau naik sepeda. Bila klik gambar kereta di bagian atas, maka akan muncul petunjuk kendaraan umum apa yg bisa dinaiki, jaraknya dan waktunya.

Bis yang kami tumpangi berakhir di Chalk Farm Morrisons. Sudah banyak gerombolan pemuda yang bergerak menuju ke satu tempat sambil merokok dan minum bir untuk menghangatkan badan. Tidak sampai mabuk sih, tapi gaya khas anak muda London yang becanda sambil teriak-teriak. Mau tidak mau kami mengikuti mereka, karena perkiraan kami mereka mau menuju ke Primrose Hill juga seperti kami. Ya abis mau kemana lagi? Di suburb gini apalagi yang mau ditonton sampai berbondong-bondong begini kalau gak kembang api di downtown London?

Kami semakin yakin arah kami benar saat melihat suatu taman dengan bukit kecil. Dasar umur memang gak bisa bohong. Perjalanan yang terus menanjak dari halte bis, ditambah dinginnya udara membuat saya keliengan saat mulai mendaki bukit serasa mau pingsan. Bunyi derak es di rumput yang kami injak rasanya membuat badan mengigil karena pikiran saya mengira, pasti suhu malam itu di bawah nol derajat.

Kami tiba di atas bukit sekitar pukul 23:30. Semakin lama semakin banyak yang datang. Mulai dari bayi dalam jinjingan seperti backpack sampai oma-opa, besar kecil, orang berbagai bangsa dan bahasa, hingga berbagai jenis anjing yang dibawa tuannya. Ratusan orang ini berdiri rapat-rapat menghadap ke arah London Eye sambil ngobrol menunggu detik-detik pergantian tahun. Saya asyik bersama si Bungsu tebak-tebakan bahasa yang kami dengar dari kiri, kanan, depan, belakang berasal dari negara mana saja.

Awalnya suasana cukup tertib. Menjelang tengah malah mulailah pemuda-pemudi begundal muncul memaksa maju ke depan barisan. Aksi ini membuat makian dari berbagai bahasa dan bahasa Inggris dengan berbagai aksen bermunculan. Suasana itu malah membuat saya tertawa, sambil ikut berteriak “dasar geblek!” Entahlah keluarga kami setiap tahun baru, kok ya senengnya desak-desakan bercampur dengan warga lokal. Entah itu di Jakarta, Singapore, Bangkok, Tokyo dan saat ini di London.

Setengah jam harusnya gak lama ya. Tapi pegal juga berdiri terus. Si Bungsu sudah merengek minta pulang, mengeluh pusing di kerumunan seperti itu. Kami berpelukan menahan dingin sambil berlindung dari angin kencang di belakang 2 turis Swedia yang tinggi besar. Mungkin karena bosan menunggu, segerombolan pemuda iseng menyalakan petasan roket. Awalnya jadi hiburan karena saat meledak di udara terlihat bagus. Tapi saat petasan roket melayang menuju kerumunan penonton, mulailah penonton resah. Tiba-tiba entah muncul darimana, beberapa polisi berbadap tegap menuju kerumunan tempat petasan roket berasal. Terjadi keributan sesaat, setalah itu tidak ada lagi petasan berbunyi. Hanya keisengan anak-anak, tapi Polisi nampaknya sudah siap siaga.

Akhirnya penantian kami berakhir. Letusan kembang api pertama muncul di kejauhan. Hhmmm….kok kecil banget ya? Saya terus berharap akan muncul letusan kembang api yang lebih heboh. Sampai saya mendengar di gerombolah pemuda Amerika nyeletuk, “Maaaan it’s so far away!” Ngakak lah saya. Di kejauhan dan ketinggian Primrose hill, fireworks di Big Ben seharga 1,8 Pounds tidak terlalu terasa hebohnya. Lha wong gratis njaluk apik. Silakan cek youtubenya London Fireworks di lokasi berbayar di sini dan fotonya dari Primrose Hill di bawah ini.

Lon_Primrosehill

Perjalanan pulang menuruni bukit ternyata lebih ringan. Kami baru bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan menuju halte. Deretan area perumahan kuno cantik dengan pagar batu dan tamannya yang khas Inggris, tetap enak dilihat di dini hari itu. Toko-toko kecil dengan etalase mungil juga menarik untuk dikunjungi. Sayangnya hampir semuanya tutup. Hanya dua-tiga mini market dan pub kecil yang masih buka. Kami menikmati perjalanan kami serasa Hugh Grant dan Julia Robert berjalan malam di film Notting Hill.

Sesampainya di halte bus terdekat, sudah penuh dengan calon penumpang. Wah gak bakalan keangkut dalam satu bus nih. Kami terpaksa berjalan lagi ke halte yang lebih jauh supaya jadi penumpang awal. Di Halte tersebut semula hanya ada 3 orang. Tapi tambah lama tambah banyak yang berpikiran seperti kami. Saat bus datang ternyata sudah hampir terisi penuh. Namun kami semua di halte itu masih terangkut ke dalam bus walaupun harus berdiri sampai Euston.

Capek dan pegal dengan perjalanan ini tapi kami senang. Satu lagi pengalaman unik malam tahun baru sudah ditambahkan dalam list keluarga kami.

Advertisement

Author: javanicblue

https://javanicblue.wordpress.com/about/

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: