Wisata kota Prague sangat kompak karena lokasinya berdekatan satu sama lain. Bus city tour tidak ada karena jalannya yang sempit seperti labirin. Naik kereta kayaknya gak praktis dan gak bisa lihat pemandangan karena adanya di bawah tanah. (Rute kereta sebenarnya mudah dipelajari karena hanya ada 3 jalur, merah, kuning dan hijau.) Paling gampang sih dijabanin dengan jalan kaki, meski lumayan bikin kaki gempor. Apalagi jalannya naik dan turun bukit.
Lalu bagaimana enaknya keliling Prague yang praktis? Ada 3 cara. Yang pertama naik trem sambil rajin-rajin buka peta dan siap-siap turun di setiap halte. Trem cukup praktis karena melewati jalan-jalan sempit dan suka nyaris nabrak orang jalan atau sepeda nyebrang. Yang kedua naik Segway, semacam otopet elektronik yang sewanya lumayan mahal. Segway banyak disewakan ke turis di alun-alun kota. Sedangkan yang ketiga adalah naik sepeda.
Kami pilih naik sepeda yang dipandu tour guide. Sepedanya pun saya pilih yang elektronik (e-bike). Membayangkan gowes sepeda manual ke atas bukit saja sudah membuat betis cenat-cenut, apalagi menjalaninya. Jadi gak pa-palah dibantu teknologi sedikit …
Ada banyak pilihan tourist agent untuk naik sepeda dan segway. Kami memilih “Prague by e-bike” yang direview cukup baik di Tripadvisor, karena seingat saya harganya paling murah dan cakupan rutenya lumayan luas. Kantornya di Kampa Park, jaraknya 2.2 km dari hotel kami. Lumayan juga ngos-ngosan jalan kaki ke tempat ini. Saya ngakunya rutin olahraga yoga. Tapi kalau ditanya kapan terakhir kali yoga….hhhhmmm sebulan yang lalu atau setahun yang lalu yaaa?
Pagi itu cukup terik, saat kami tiba tepat waktu di kantor tour e-bike. Hanya ada 1 orang turis lain di grup kali ini, yaitu Bapak-bapak dari Scotlandia yang sudah siap di atas sepeda. Tour guidenya seorang pemuda tinggi kurus asli Prague berambut coklat terang bernama Nikolas. Ia membawa peralatan P3K mini di tas pinggang.
Kami diajak masuk dulu ke kantornya yang mungil untuk menyelesaikan masalah administrasi, alias bayar. Saat booking, kami memang belum bayar apa-apa. Hanya mendapat konfirmasi email. Setelah itu kami diajak memilih sepeda. Si Bungsu senang sekali karena tersedia sepeda yang ukurannya lebih kecil dari sepeda yang lain, pas buat dia. Selanjutnya memilih helm. Menurut si Sulung dengan antusias, ini jenis helm sepeda yang mahal. Saya hanya menggangguk-angguk mengiyakan. Jangankan helm seperti itu, sepeda elektronik aja baru sekali ini saya lihat dan naiki. Kalau ditanya lagi, kapan terakhir naik sepeda? Hhhmm…waktu SMA atau kuliah yaaa? Ketahuan kan betapa nekatnya saya pilih tour ini. Udah jarang olahraga, sepeda aja udah lama gak naik. Tour ini semata-mata untuk anak-anak, agar bisa menikmati kota tua Prague dengan gaya remaja.
Sebelum bener-bener gowes, kami diberitahu bagaimana menjalankan e-bike dan dipersilakan latihan di taman kecil depan kantornya. Di sini tiba-tiba saya merasa sedih…. Kok kikuk banget ya saya naik sepeda, yakin nih mau keliling Prague naik sepeda? Jadi sebelum berangkat saya wanti-wanti banget ke Nikolas, supaya ride slow-slow aje yee…
Rute tour ini sebagai berikut:
- Dimulai dari Kampa Park yang ada di bawah Charles Bridge lalu gowes menuju Lesser Town dengan menyebrangi jembatan tersebut. Di Lesser Town tujuan utamanya adalah melihat Astronomical Clock dan Jewish Quarter.
- Dari sana kami akan menyusuri Sungai Vltava lewat jalur khusus sepeda, lalu melewati jalur yang terus menanjak di the Expo 58 Pavilion menuju Letna Park, sebuah tempat favorit turis untuk bersantai.
- Lanjut terus mendaki kami akan mengunjungi Belvedere Summer Palace dan Prague Castle.
- Melewati Petrin Hill, yang terkenal dengan pemandangan yang spektakular kami akan menuruni bukit untuk kembali ke kantor e-bike.
Tak disangka tak diduga, saya cepat juga menguasai e-bike. Tetap stabil berjalan melewati jalan berbatu yang geronjalan, mantap saat meliuk melewati 2 tiang, dan cepat menyusuri cycle pad sepanjang sungai yang sempit tanpa tercebur ke sungai….wah prestasi banget nih buat saya.
Kendalanya hanya satu, yaitu tanjakan. Saya harus ancang-ancang rada jauh untuk tanjakan. Tanjakan pertama saya grogi sehingga berhenti ditengah jalan. Tanjakan kedua harusnya mulus…eh si Sulung berhenti untuk memastikan mamanya bisa lewat, malah membuat saya kagok dan berhenti di tengah jalan. Kalau sudah berhenti begini terpaksa harus ngedorong sepeda sambil jalan kaki. Huaaah ….capek banget. Untungnya tanjakan curam ketiga bisa saya lalui dengan lancaaar. Inilah enaknya naik e-bike, melewati tanjakan curam tetap gowesnya enteng.
Tour ini membuka pengetahuan saya tentang modern art atau contemporary art yang dibanggakan Prague, selain ancient artnya yang memang sudah terkenal. Entahlah mengapa pematung modern Prague terobsesi dengan bentuk yang aneh dan telanjang.

Dari mulai The Crawling Babies (bayi tanpa wajah yang merangkak), In Utero (Perempuan hamil) sampai Piss (dua lelaki dewasa mengencingi peta Czech). Patung modern ini rukun berdampingan dengan patung kuno yang umurnya sudah ratusan tahun. Lucunya patung kuno ini juga banyak yang telanjang … hanya saja bentuk yang kuno lebih naturalis.

Ada beberapa tempat yang menurut saya agak dipaksakan untuk jadi tourist spot. Salah satunya adalah dinding yang penuh coretan grafiti yang terkenal dengan sebutan Jhon Lenon Wall. Walaupun ada sejarahnya yang terkait dengan komunisme menjadi latar belakang keberadaan tembok tersebut, toh tetap saja judulnya adalah tembok kotor penuh coretan. Tidak bisa dibedakan kita lagi foto di Prague atau di Blok M. Uniknya tanpa disengaja, si Sulung memakai kaos bergambar silhoute John Lenon. Jadi cocok banget berfoto di tembok ini.
Tempat berikutnya yang biasa aja adalah sebuah rumah yang temboknya ada gurat-gurat bekas banjir. Yang beginian sih di Jakarta banyak. Meski demikian, kita jadi tahu 2 hal, yaitu Prague ternyata bisa kebanjiran, yang kedua akibat global warming, tinggi banjirnya semakin lama semakin tinggi. Terlepas dari fakta itu, yang kami lihat hanya tembok kotor bekas batas banjir.
Tour ini tidak hanya melihat eksterior suatu bangunan, kita pun bisa melihat dalamnya suatu bangunan. Tentunya sepedanya gak ikut masuk, tapi diparkir di luar sambil dijagain oleh Nikolas. Salah satu yang kita lihat adalah “sumur buku” yang ada di Perpustakaan Nasional Prague. Adanya cermin di dasar dan di atas tumpukan buku yang diatur melingkar membuat kesan sumur buku yang tak berujung.
Bangunan lain yang kami lihat dalamnya adalah Saint Vitus Cathedral yang berada di dalam kompleks Prague Castle. Gereja yang mulai dibangun pada abad 13 membutuhkan waktu 5 abad untuk menyelesaikannya. Selain untuk menyempurnakan bangunan, proses pembangunan yang panjang juga untuk tujuan renovasi, karena sempat terbakar hebat di abad 15. Kami tidak lama melihat-lihat di dalam. Selain karena buanyak turis, kami merasa sudah melihat cathedral yg lebih megah di Koln.
Nikolas yang ramah juga menceritakan legenda rakyat Prague saat kami berhenti di Jewish Quarter. Konon untuk melindungi masyarakat Yahudi dari serangan tentara Jerman, salah sorang pendeta Yahudi menciptakan mahluk jadi-jadian dari tanah liat yang disebut Golem. Bentuknya seperti celengan bentuk Hulk. Ada yang menganggap cerita ini hanya untuk menakuti-nakuti musuh, tapi banyak juga yang mengakui keberadaan Golem bahkan percaya mahluk ini masih ada dalam keadaan dorman dan sewaktu-waktu bisa hidup …..hiiiii….
Kami tidak terus-terusan ngegowes selama 3.5 jam. Sesekali kami berhenti juga. Tempat istirahatnya umumnya adalah tempat-tempat yang cantik seperti café taman, tempat ketinggian dimana kota Prague terlihat seluruhnya dan juga … mini market. Pernah naik sepeda di Jakarta jam 12 siang? Nah berasa panas dan haus banget kan. Mini market adalah tempat yang indah untuk mampir beli minuman.
Letna Park adalah salah satu tempat di ketinggian Bukit Letna untuk melihat indahnya kota tua Prague di sepanjang Sungai Vlatava. Jembatan kuno yang berjejer rapi di sepanjang sungai membuat pemandangan kota Prague menjadi sangat khas. Kami sekeluarga pun tak melewatkan kesempatan untuk berfoto di sini. Sayang kamera dan modelnya kurang bagus …hehehe. Aslinya sih pemandangan di sini bagus banget.
Di bukit Letna juga ada beer garden yang asri dan teduh. Jadi membayangkan segelas beer dingin yang harusnya enak di siang yang panas ini. Tapi gak minum alkohol aja naik sepeda udah rada oleng apalagi kalau minum. Jadilah kami meminum air kran yang ternyata cukup sejuk.
Bangunan yang hanya kami kagumi dari luar adalah Belvedere Summer Palace. Istana ini didesign untuk Ratu Anne sebagai hadiah dari suaminya Ferdinand I of Hapsburg pada tahun 1540an. Designnya sangat feminin karena banyak lengkung-lengkungnya dan dihiasi dengan taman mawar. Sayangnya sang Ratu keburu meninggal saat melahirkan anaknya yang ke-15 (wow….) sebelum istana itu rampung dibangun.
Kompleks istana Prague sangat luas. Kami melewatinya terlalu cepat dengan sepeda. Tapi kalau dilihat sambil jalan kaki kayaknya capek juga. Saya tidak terlalu ingat bagian-bagian istananya. Saya hanya ingat St. Vitus Cathedral dan kebun jeruk. Ini bukan nama daerah di Jakarta Barat, tapi benar-benar kebun yang isinya pohon jeruk dan lemon.

Tujuan terakhir adalah Petrin Hill, dimana terdapat Menara Eiffel tiruan. Konon Menara ini dibangun untuk menyaingi Effelnya Perancis. Entah kenapa jadinya rada bantet …tapi orang Prague tetap bilang, Menara Petrin lebih tinggi dari Eiffel karena dibangun di atas bukit (ngeles aja…)
Untuk menuju Menara Petrin, turis bisa naik Funicular yaitu kereta satu gerbong. Kebanyakan yang naik Funicular ini adalah turis. Sempat melihat antrian turis di salah satu haltenya …mak penuh banget. Untunglah kami naik sepeda.
Iring-iringan sepeda kami kadang suka terputus. Nikolas seringnya melaju di depan diikuti si Sulung dan si Bungsu. Kami yang orang tua ketinggalan di belakang. Entah terhalang tanjakan, atau sulitnya melewati kerumunan turis yang berjalan kaki. Malah sempat si turis Scotland, Jason memberitahu si Sulung, “I think your Dad is lost.” Dan emang bener … Suami salah belok sehingga menjauhi rombongan. Untungnya tidak sampai 5 menit, Nikolas bisa dengan cepat menemukannya kembali. Tapi saat di Petrin Hill, gantian si Sulung menyadari bahwa Jason tidak ada di rombongan. Ada kali 15 menit kami duduk di bawah pohon, menunggu Nikolas mencari Jason.
Perjalanan tour sepeda ini diakhiri dengan bersepeda menuruni bukit. Suami yang membuntuti saya, ngeri melihat saya melaju dengan kencang menuruni Petrin Hill. Padahal saya sudah ngerem loh. Saya sendiri sebenernya deg-degan juga takut nabrak orang. Namun angin kencang yang berhembus menerpa wajah membuat saya lupa dengan kekhawatiran saya. Malahan saya sempat nyengir bangga saat beberapa turis yang sedang ngedeprok di bawah pohon sambil buka sepatu karena kecapekan jalan kaki, melihat kami bersepeda langsung berteriak, “Aaah look at those lucky people … they’re riding bikes.”
Yes indeed we were lucky … Bersepada di Prague merupakan salah satu peristiwa yang masih terus kami ceritakan dan tertawakan di kelurga kami….sampai sekarang.
One thought on “Berkeliling Prague dengan Sepeda”