Bila anda melihat biaya tour yang ada di iklan travel agent di koran, maka sudah bisa dipastikan itu bukanlah total biaya liburan anda. Karena bentuknya iklan, tentunya mereka ingin menunjukkan banyaknya tujuan wisata sekaligus murahnya biaya. Total biaya harus ditanya dulu ke agentnya untuk segala kemungkinan biaya tambahan. Biaya lain yang mungkin timbul diantaranya adalah biaya pembuatan passport (kalau belum punya atau perlu perpanjang), biaya pembuatan visa (ke negara yang butuh visa), fuel surcharge pesawat (lumayan signifikan jumlahnya), pajak (PPN) 1%, airport tax dan tips driver beserta tour leader nantinya. Total biaya tambahan ini bisa menambah 20 – 30% dari harga di brosur.
Sudah, itu saja? Belum! Masih ada hidden cost yang lain. Biaya tour seringkali tidak menanggung makan 3x sehari. Sarapan sudah pasti dapat di hotel. Makan siang dan makan malam kadang hanya salah satu saja atau tidak dua-duanya. Kalau berlibur di negara Asia, mungkin biaya makan ini tidak berasa. Tapi kalau ke Eropa yang sekali makan bisa 10 Euro, lumayan juga tambahannya. Belum lagi kalau ada option tour tambahan ke beberapa destinasi wisata. Tour tambahan ditentukan berdasarkan voting peserta tour. Jadi jangan kesel kalau pilihan anda ternyata hanya dipilih oleh 20% dari jumlah peserta.
Kemarin di Venice, pada hari ketiga, kami ditawari tour tambahan naik gondola sebesar 25 Euro per orang. Kali ini, di hari keempat kami ditawari beberapa pilihan tour tambahan. Pilihan tujuan wisatanya adalah 3 kota cantik yang akan dilewati dalam perjalanan dari Venice di Italia menuju ke Lucerne di Switzerland. Setiap kota dikenakan tambahan biaya yang berbeda.
- Milan di Italia. Kota mode yang menawarkan wisata berbelanja barang-barang ber-merk. Selain berbelanja juga diajak melihat gereja indah nan megah bergaya Gothik, Duomo Cathedral Milan. Biaya tambahannya 30 Euro
- Verona di Italia. Terkenal sebagai tempat shooting film Romeo and Juliet. Salah satu ikon terkenal di sana adalah Juliet’s House dimana orang menulis surat cinta galau tentang orang lain, tapi surat ditujukan untuk Juliet. Biaya tambahannya 25 Euro
- Innsbruck di Austria. Kota tua ini menwarkan pemandangan alam Austria yang indah serta bangunan kuno cantik seperti The Golden Roof dan Istana Habsburg. Biaya tambahannya (gleg ….menelan ludah) 60 Euro.
Merasa gagap mode dan tidak sedang galau dengan cinta, maka pilihan kebanyakan peserta adalah ke Innsbruck yang biayanya paling mahal….hiks. Alasan lainnya adalah, kami ingin merasakan sensasi negara lain, gak melulu Italia. Alasan tersembunyi lainnya adalah “gengsi”. Masak gak mampu bayar ? inilah gak enaknya ikut tour dengan rombongan.
Nantinya saat kami di Paris dan Belanda ada juga tuh pilihan tour tambahan. Sudah pasti ada biaya tambahan lagi yang keluar. Di Paris pilihannya adalah naik Cruise (25 Euro) atau nonton Lido show (125 Euro). Di Belanda, pilihannya adalah berkunjung ke desa windmolen di Zaanse Schans (25 Euro), atau mengunjungi kota miniature Madurodam (30 Euro) atau naik kapal lagi keliling kanal (10 Euro). Nah silakan hitung-hitung sendiri ya, berapa tambahan biaya yang harus anda siapakan untuk 1 keluarga. Oh ya itu biaya di Januari 2013 ya.
Naaah…Saat ini saya akan bercerita tentang perjalanan menuju Innsbruck. Jarak Venice ke Innsbruck kurang lebih sama dengan jarak Pisa ke Venice, yaitu 320 km. Setelah pemberhentian pertama di pom bensin, pemandangan di perjalanan selanjutnya sangat fantastik. Bis berjalan agak lambat karena perjalanan mendaki tempat tinggi. Bahkan telinga kami sempat budeg karena perbedaan tekanan udara. Ketidak nyamanan di telinga itu langsung terlupakan dengan indahnya pemandangan penuh salju di luar. Persiiis seperti lukisan pemandangan di kartu-kartu natal. Salju tebal menutupi tanah seperti kapas. Pohon pinus seperti pohon natal yang belum dikasi lampu warna-warni. Atap-atap rumah seperti diberi hiasan fondan putih yang meleleh. Dari cerobong asap rumah-rumah gaya pedesaan Eropa, nampak kepulan asap dari perapian yang memastikan rumah mereka hangat tidak sedingin kulkas. Cantiknyaaaa ……kurang lebih gambarnya seperti foto berikut ini.
Pemandangan yang indah sepanjang perjalanan membuat mood kami senang saat memasuki Innsbruck. Innsbruck adalah kota tua yang terkenal sebagai tempat olahraga musim dingin. Bahkan beberapa kali Olympiade diadakan di sini. Letaknya ada di tengah lembah pegunungan Alpen. Makanya gak heran kalau gunung bersalju tempat bermain ski, bertebaran sekeliling kota.
“Olahraga” yang kami lakukan di kota ini adalah strolling untuk sekedar window shopping di sepanjang Jalan Maria Theresien (Maria Theresa). Tidak hanya brand international tapi brand lokal juga banyak. Christmas market ada di setiap pojok kota. Jualannya unik dan lucu-lucu. Ada aneka pajangan meja, hiasan pohon natal, aneka bentuk cetakan kue, mainan bayi, kerajinan tangan, roti dan teman-temannya seperti apple strudel, donat dan pretzel, aneka minuman mulai dari hot beer sampai hot coco, aneka bentuk dan ukuran sosis, …. Banyaklah pokoknya! Pengen ngeborong rasanya. Tapi karena waktu yang terbatas, kami hanya sempat melihat-lihat dengan cepat. Hanya sempat beli sepatu boots yang sangat nyaman buat si Bungsu yang kebetulan sepatu bawaannya solnya lepas. Boro-boro beli Kristal Swarovski, kristal khas Austria, mampir ke tokonya aja enggak.
Sebelumnya tour leader kami membawa rombongan ke alun-alun kota. Disana ada bangunan tiga lantai dengan balkon beratap emas yang menjadi ikon kota Innsbruck. Balkon dengan atap tembaga berwarna emas itu dulu dibuat khusus untuk kaisar Maximillian saat dia melihat kegiatan rakyat di alun-alun. Kami pun berfoto di sana. Bangunan ikonik lainnya adalah istana Habsburg, yang hanya kami lewati saja dengan bis.
Menjelang senja, kami bertolak ke Lucerne di Switzerland yang jaraknya masih 300an km lagi. Tapi di tengah jalan kami sempat dibelokkan ke salah satu negara kecil di Eropa yaitu Liechtenstein. Walaupun negara kecil tapi Liechtenstein adalah negara no 2 terkaya setela Qatar. Wow! Di Vaduz ibukota Liechtenstein, kami hanya berhenti sebentar untuk makan malam dan mampir di toko souvenir kecil. Sempat melihat dari kejauhan istana raja di atas bukit cadas diselimuti kabut. Kalau saat itu ada lolongan serigala dan sinar bulan purnama, lengkap sudah bayangan kami tentang istana drakula.
Menjelang tengah malam kami tiba di Lucerne. Meski banyak duduk di bis, tapi badan rasanya pegal juga. Ini perjalanan terjauh yang kami tempuh dalam 1 hari. Total bisa 600an km. Kira-kira seperti jarak Jakarta ke Madiun, mampir di Semarang. Bedanya kali ini dalam satu hari kami mengunjungi 4 negara! Sarapan di Italia, Makan siang di Austria, makan malam di dekat Liechtenstein, terakhir tidur di Switzerland.
One thought on “Innsbruck, Tour Tambahan di Perjalanan Menuju Lucerne”