Tips Berbelanja di London

Tips belanja ini ditulis oleh orang yang “gagap fashion” dan lebih sering belanja groceries dibanding belanja fashion. Fakta yang ditulis akurat tapi selera belanjanya diragukan. Pertimbangkan fakta ini sebelum anda melanjutkan membaca.

Tidak bisa dipungkiri saat menjejakkan kaki di London, langsung terbayang dompet akan menipis karena mata- anak-anak terbelalak melihat etalase toko-toko yang ditata dengan cantik merayu calon pembeli. Keadaan itu bisa diibaratkan seperti saat mereka balita dan saya membawa mereka ke toko mainan dengan membisikkan pesan, “Gak usah beli ya sayang …lihat aja.” Yah sudah pasti lah mereka akan tantrum.

Keinginan ini diperparah dengan keinginan emaknya yang juga ingin beli-beli. Bagaimana tidak, kunjungan kami ke London saat Januari 2017 diuntungkan dengan nilai kurs Poundsterling yang turun drastis pasca Brexit. Kalau Biasanya kurs 1 Pound mendekati Rp. 20.000an, maka saat kami berkunjung hanya disekitar Rp 16.000an. Menggoda banget bukan? (Bukaaaan, jawab si Ayah yang kebagian bayar)

Belanja di London ada beragam tempat. Kalau kita googling “Best Shopping Place in London” maka akan muncul puluhan website rekomendasi. Mulai dari skala pasar seperti Borough Market, side-street boutiques seperti Oxford Street, factory outlet seperti Bicester Village, hingga mall mewah gonjreng seperti Harrods. Inilah beberapa tempat yang ada di list saya.

1. Borough Market

Saya menyesal tidak sempat ke Borough Market. Padahal pasar makanan yang katanya berdiri sejak tahun 1014  ini menjadi tempat belanja nomor 1 di London menurut saran Trip Advisor. Selain karena umurnya yang sudah 10 abad, jualanannya pun aneka rupa. Mulai dari sayuran, buah, roti, sosis, keju, coklat, kopi, aneka rempah, hingga satu set makan siang yang bikin ngiler. Sempat saya lihat dari jendela bis tampak depan borough Market yang seperti hangar pesawat. Gedung yang ditempati Borough Market sejak 1851 didesign dengan langit-langit tinggi untuk meredam hiruk pikuknya pasar.

Lon-Borough

Jam bukanya memang tidak setiap hari,entah mengapa dibuat begitu. Waktu kunjung saya di London yang hanya 5 hari disela liburan tahun baru, tidak ada yang pas dengan jam bukanya, yaitu Rabu dan Kamis jam 10.00 – 17.00, Jumat 10.00 – 18.00, dan Sabtu jam 8.00-17.00. Sayang banget. Padahal makan di pasar ini katanya menjadi pengalaman unik yang tak terlupakan. Kalau ada kesempatan mengunjungi London lagi, tempat yang akan saya kunjungi pertama pastilah Borough Market.

2. Oxford Street 

Ada 300 lebih toko dari brand ternama berjejer sepanjang Oxford Street. Mulai dari butik ternama seperrti Dorothy Perkins hingga Dept. Store mendunia seperti H&M dan Dabenhams. Bahkan merk Jepang Uniqlo ada juga di sini. Kalau anda mau cari brand tertentu, pastikan dulu letaknya dimana lewat web ini http://www.oxfordstreet.co.uk/shop/ sehingga anda gak bolak-balik sepanjang jalan ini untuk mencarinya. Bakalan gempor karena panjang jalan ini hampir 2 Km.

Kemeriahan natal dan tahun baru di Oxford Street sangat jelas terlihat dari cantiknya hiasan lampu kelap-kelip. Di persimpangan dengan Regent street ada lampu berbentuk malaikat yang gemerlap cantik seakan-akan sedang terbang. Mata anda akan segar melihat pajangan di etalase dan hiasan lampu yang meriah.

Lon-RegentSt

Oxford street merupakan pusat belanja paling sibuk di London. Apalagi saat akhir Desember dan awal Januari dimana setiap toko melakukan “SALE”. Kalau gak teguh iman meyakini dompet yang menipis, bisa kalap belanja di sini. Banyaknya orang dan trotoar yang tidak terlalu lebar, memaksa kita berjalan cepat kalau tidak mau ketabrak orang. Selain itu dingin juga bok. Berjalan lambat-lambat sekedar windows shopping aja bisa membuat badan beku.

Kebetulan keluarga kami sama-sama sedang berburu sepatu. Bedanya anak-anak memburu sepatu sport, saya sedang mencari boots. Menurut si Sulung sepatu sports di sini designnya belum tentu ada di Indonesia. Contohnya Adidas jenis tertentu seharga 120 Pounds, di Indonesia bisa jadi harganya Rp 6 jutaan karena langka.

Pilihan saya untuk winter boots akhirnya jatuh di merk Timberlake eh..Timberland (Suka kebalik antara brand ini dengan nama penyanyi). Memang pilihan modelnya gak banyak, tapi nyaman buat jalan banyak di saat winter yang jalannya slippery dan mampu menahan dingin di pergelangan kaki. Yang merk klasik seharga 130 Pounds katanya gak bakal diskon sampai kapan pun. Di Jakarta sempat saya intip di mall mentereng harganya bisa 4 jutaan. Saya beli yang diskonan 72 Ponds (sekitar Rp. 1,2 juta), hati sudah berasa gembira. Dah cukup … gak belanja lagi.

Beberapa brand ternama seperti LV, tidak punya toko sendiri di Oxford Street. Mungkin gak kedapetan tempat (ngasal …) Untuk ibu-ibu yang berburu tas LV atau merk top lainnya bisa cari tas ini di Dept. Store besar Sellfridge yang berada di Oxford Street juga. Apakah tas LV di Inggris lebih baru koleksinya atau lebih murah? …maaf saya gak tau karena bukan penggemar LV.


Penting: Bawalah passport anda saat belanja barang yang harganya lumayan. Mintalah slip bebas pajak dengan menunjukkan passport anda di toko tempat anda berbelanja. Kumpulkan semua slip ini dan tukarkan di airport terakhir saat anda pulang ke tanah air.


3. Harrods

Pertama kali dengar nama Harrods adalah saat pewaris Harrods, Dody Al Fayed meninggal dalam kecelakaan tragis bersama Lady Diana. Keluarga Milyuner Al Fayed yang keturunan Mesir, memiliki Harrods pada tahun 1985. Namun bisnis Harrods sendiri sebenarnya dirintis oleh Charles Harrod seorang Inggris asli sejak 1824. Walaupun masih ada patung Lady Diana dan Dody di salah satu sudut toko, sebenarnya sejak 2010, Harrods telah dijual oleh Keluarga Al Fayad ke perusahaan holding dari Qatar.

Lon-Harrds2

Kalau melihat kepemilikan Harrods sejak 1985 yang berasal dari Timur Tengah, maka tidak heran pusat perbelanjaan mewah ini banyak dikunjungi oleh orang-orang dari sana. Sempat terpaku melihat keluarga muda berwajah Timur Tengah sedang menenteng tas belanjaan merk ternama. Si Suami menggunakan setelan jas keren mendorong kereta bayi seperti yang dimiliki Prince George. Sedangkan si Istri yang berhijab panjang hitam menenteng tas Birkin sambil menggandeng anak balitanya yang gak kalah keren penampilannya. Tampak boots kulit yang cantik mengintip dibalik roknya yang panjang saat melangkah. Saya tampak kere dan lusuh sekali saat berjalan di samping mereka …

Harrods menempati bangunan kuno yang berdiri sejak 1905. Pintu masuknya ada banyak di setiap sisi. Ruangannya bersekat-sekat seperti tanpa thema. Membingungkan buat saya yang kecerdasan pemahaman ruangnya rendah. Pertama masuk melalui Ground Floor, saya berada di ruang glamour tempat jualan asesoris dan parfum. Dipisahkan olah pintu kuno tanpa lorong perantara, tiba-tiba saya berada di ruang yang berjualan coklat, cookies dan teh dalam kemasan cantik. Bergeser ke ruang sebelahnya ternyata café dan foodcourt yang menjual aneka makan siang. Tidak hanya mata saya bingung dengan perubahan thema itu, hidung saya pun merasakan sensasi perubahan bau yang sangat cepat.

Menurut penjelasan Harrods Store Guide, mall 7 lantai ini membagi lantainya sbb:

  • LG – fashion accessories, menswear,  wine & cigars
  • Ground – beauty, fashion accessories, jewelry & watches, foodhall, menswear
  • 1st Fl – womenswear (segala fashion designer brand terkenal tumplek blek di sini)
  • 2nd Fl – peralatan rumah tangga, buku & stationary, travel goods
  • 3rd Fl – furniture, elektronik, toy kingdom
  • 4th Fl – childrenswear, womenswear
  • 5th Fl – shoe “heaven”, men’s casual, sports, beauty

Untuk membuktikan kemewahan mall ini, mampirlah di toiletnya. Sudah pasti lah toiletnya bersih dan harum. Yang tidak ada di mall lain adalah adanya sekeranjang parfum mewah di powder room untuk dipakai (tidak untuk dikantongi pulang ya …). Dengan memasang wajah lempeng menahan wajah “norak-jingkrak-jingkrak”, dengan anggun saya memilih parfum Tommy Hilfiger ukuran 100ml dan menyemprotkan ke pergelangan tangan saya dan menggosokkannya di belakang telinga, lalu melenggang pergi. Setelah jauh dari toilet, saya dan si bungsu bergantian mencium pergelangan tangan kami, karena kami mencoba 2 parfum yang berbeda. Norak memang …

Lon-insideharrods

Belanja apa di Harrods? Muter-muter sampai pegel, end up-nya cuma beli beragam English Tea dalam kemasan cantik seharga 6 Pounds. Yang jenis earl grey rasanya segar dan harum sekali. Kami beli juga pie yang bentuknya menggiurkan seharga 8 Pounds untuk dimakan berdua. Sayangnya si bungsu pilih pie daging rusa. Rasanya prengus seperti kambing. Lain kali pilih rasa yang aman-aman saja seperti beef atau bacon. Pasti eatable.

4. Selfridges & Co

Sebenarnya kami tidak mengkhususkan masuk ke Dept. Store besar Selfridges. Ada barang tertentu yang harus kami beli dan kayaknya kemahalan kalau beli di Harrods. Logo kuning Selfridges yang kuning ngejreng di Oxforf Street menarik perhatian kami untuk mencari toko Selfridges. Padahal ada Department store besar juga di Oxford street yaitu Harvey Nichols, tapi karena kesannya glamour kami tidak mampir ke sana.

Didirikan tahun 1909, Selfridges merupakan mall terbesar kedua kedua di London setelah Harrods. Sebenarnya saya tidak sempat membandingkan apakah harganya lebih murah dari Harrods. Tapi berjalan di Selfridges milik pengusaha Amerika ini tidak semumet di Harrods. Yaaah…miriplah dengan mall di Jakarta.

Sekali lagi jangan lupa bawa passport. Department store besar seperti Sellfridge dan Harrods pasti menyediakan area khusus untuk free tax claim. Areanya cukup luas dan dipadati turis aneka bangsa. Meskipun mendapat nomor urut yang beda 80an nomor, antrinya tidak selama perkiraan saya. Sellfridge menyediakan 40 meja counter pelayanan sehingga saya hanya menunggu 15 menit.

5. Primark

Untuk kelas murah meriah di Oxford Street, belanjalah di Primark. Si Bungsu yang sudah banyak browsing sebelumnya memaksa kami masuk ke department store ini. Melihat tampilan depannya dan gaya pajangannya tidak heran kalau harga di Primark memang ramah di kantong. Tidak ada brand terkenal disini. Yang ada tulisan harga seperti “T-shirt start from 1.5 Pounds”. Beberapa barang ada label made in Vietnam, Banglades atau Indonesia.

Berhubung saya sudah tepar kecapeaian berjalan di Oxford street, saya tidak banyak keliling-keliling di Primark. Sudah tidak ada lagi tenaga tersisa untuk lihat-lihat barang dan cek harga. Saya cuma duduk di salah satu kursi tunggu yang tersedia colokan listrik untuk ngecharge hape.

Si Bungsu belanja t-shirt lucu dan sweater keren dengan uang 10 Pounds yang saya bekali. Saat dia minta tambahan untuk beli sepatu, saya menggeleng. Tidak yakin dengan kualitas sepatunya untuk kami yang harus banyak jalan. Lagipula si Bungsu juga baru belanja sepatu di tempat lain.


update: Tshirt raglan yang dibeli si bungsu, sablonnya langsung ngelupas setelah 3x masuk mesin cuci 😀 Kabar baiknya, kaosnya gak melar atau menciut. Masih enak buat dipake tidur…


 

Author: javanicblue

https://javanicblue.wordpress.com/about/

6 thoughts on “Tips Berbelanja di London”

Leave a comment